Halaman

Minggu, 15 Maret 2015

Agama Itu Nasihat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Deding Ishak

Aku menyampaikan amanah Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS al-A’raf: 68). Demikian pula Nabi SAW bersabda, "Agama itu nasihat. Sahabat bertanya, ‘Bagi siapa?’ Beliau bersabda, ‘Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, pemimpin-pemimpin, dan umat Islam pada umumnya.’" (HR Muslim).

Kata nasihat berasal dari bahasa Arab, dari kata kerja nashaha yang berarti khalasha, yaitu murni serta bersih dari segala kotoran dan benar.
Dalam arti lain, nasihat juga bisa berarti khaatha, yaitu menjahit karena perbuatan penasihat yang selalu menginginkan kebaikan orang yang dinasihatinya diibaratkan memperbaiki pakaiannya yang robek.
Menurut istilah, nasihat adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Imam al-Shobuni mengartikan nasihat dengan menghendaki kedamaian dan kebaikan. Pengertian secara bahasa dan istilah ini bermakna bahwa, pertama, agama itu nasihat bagi Allah.

Maksudnya, dengan berpegang kepada agama, umat Islam dapat tetap memelihara keyakinan dalam mensucikan Allah dan kemahasempurnaan-Nya.
Mengesakan-Nya dalam hal ibadah dan menjauhi kesyirikan, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mencintai yang dicintai-Nya, dan membenci yang dibenci-Nya.

Kedua, agama itu nasihat bagi kitab-Nya. Dengan berpegang kepada agama, umat Islam dapat tetap memelihara kesucian Alquran, membacanya, menggali isinya, dan mengamalkan kandungannya.
Mereka juga diharapkan dapat mengajak kepada kebaikan dan kedamaian sesuai nilai yang terkandung dalam kitab suci.

Ketiga, agama itu nasihat bagi Rasulullah SAW. Dalam menjalankan misi kerasulannya, beliau berpegang teguh kepada wahyu Allah. Beliau juga menjaga kesucian dan kemuliaan sebagai teladan umat.
Dalam menyampaikan dakwah Islamiyah kepada umatnya, masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat Islamiyah dalam waktu relatif singkat.

Keempat, agama itu nasihat bagi pemimpin Islam. Dengan berpegang kepada agama, para pemimpin hendaknya menjalankan tugas kepemimpinan sesuai ajaran agama.
Para pemimpin Islam hendaknya membersihkan diri dari hal tak terpuji sehingga menjadi panutan umat. Mereka juga dituntut mengajak umatnya kepada kedamaian dan kebaikan serta menjauhkan dari kemungkaran.

Seorang pemimpin harus ikhlas memberikan pelayanan terbaik dengan menciptakan kepedulian sosial bagi semua lapisan dan menjadikan kekuasaan sebagai amanah.
Hanya dengan ikhlas, seorang pemimpin sukses menghilangkan kecenderungannya mengedepankan kepentingan temporal dibandingkan kemaslahatan umat secara menyeluruh.

Kelima, agama itu nasihat bagi umat Islam. Dengan berpegang kepada agama, umat Islam diharapkan membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin.
Mereka diharapkan taat kepada Allah, Rasul, dan para pemimpinnya. Mereka juga dituntut saling mengajak kepada kedamaian dan kebaikan serta menjauhkan dari kemungkaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar