Halaman

Kamis, 26 Juli 2012

(RAMADHAN) JIWA YANG TEGAR

‎(RAMADHAN) JIWA YANG TEGAR - Allah SWT Berfirman artinya: Iblis berkata, Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (Q.S. al-Hijr [15]: 39) Setan merekayasa sehingga pikiran kita penuh khayalan dan angan-angan kosong. Dalam keadaan apapun setan akan membuyarkan konsentrasi.

Pribadi yang sejati ada pada jiwa manusia. Bukan pada fisiknya yang kenyang makan dan minum melemahkan jiwa itu sendiri, alias terlena seperti judul lagu dangdut.
Simak aja dah, Pribadi hebat dari Panglima Soedirman. Pribadi yang satu ini sungguh luar biasa. Biar pun paru-parunya tinggal sebelah, Jenderal Soedirman memimpin gerilya dengan ditandu; keluar masuk hutan; hujan kehujanan, panas kepanasan. Kelemahan fisiknya tidak menghalangi semangat juang dan kepemimpinannya.

Jadi, kata Hamka, dalam rangka membentuk pribadi, jagalah kesehatan! Dan jika terdapat kekurangan pada badan, pada kesehatan janganlah putus asa membangunkan pribadi yang sejati. Sebab, pribadi yang sejati ada pada jiwa manusia. Bukan pada fisiknya.

Aqbil alan nafsi wastakmil fadhailaha,
Fa-anta bin nafsi la biljismi insanu.

(Hadapkan perhatian pada jiwa, sempurnakan keutamaannya,
Sebab dengan jiwamu, dan bukan dengan badanmu, engkau disebut insan)

Jadi, begitu pentingnya pembangunan jiwa manusia.
Bangsa Indonesia pun mengakuinya, sehingga dinyanyikan pula dalam syair lagu kebangsaan Indonesia Raya:

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!

Tapi, marilah kita jujur, apakah pembangunan jiwa ini benar-benar menjadi prioritas pembangunan di Indonesia.
Pemerintah memang sedang menggalakkan program Pendidikan Karakter bangsa, tetapi pada saat yang sama, pemerintah juga secara sistematis membiarkan proyek-proyek penghancuran karakter bangsa.

Lihatlah, bagaimana semakin maraknya media massa melakukan pemujaan terhadap selebritis-selebritis yang jelas-jelas melakukan tindakan tidak bermoral.
Harian Republika (24 Juli 2012), memberitakan pernyataan Sekjen Komnas Anak, Aris Merdeka Sirait, yang menyatakan keprihatinannya atas sambutan yang berlebihan dari sekelompok orang terhadap bebasnya personil band PeterP dari penjara di Bandung. Padahal, tindakannya yang menyeretnya ke penjara adalah tindakan amoral yang sangat tidak patut dijadikan teladan bagi siapa pun.

Sebenarnya, media massa pun terutama sejumlah stasiun televisi
telah melakukan kesalahan yang sangat besar, dengan melakukan pemberitaan yang berlebihan terhadap kebebasan seorang artis tsb dari penjara. Padahal, betapa banyak berita-berita lain yang lebih penting untuk disajikan kepada masyarakat. Betapa banyak anak-anak bangsa yang berprestasi tinggi di berbagai bidang ilmu pengetahuan, yang lebih patut disajikan beritanya kepada masyarakat kita.

Apa pun yang terjadidi sekitar kita, tanggung jawabnya ada pada pelaku dan pemegang kuasa negara. Tugas kita hanyalah melakukan taushiyah; menyampaikan nasehat dengan cara-cara bijak.

Yang penting, diri kita, keluarga, dan sadara-saudara kita mudah-mudahan bisa memanfaatkan bulan Ramadhan 1433 Hijriah ini dengan semaksimal mungkin untuk beribadah kepada Allah; dalam rangka meraih derajat utama, yaitu derajat taqwa, melalui puasa dan penyujian jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar