(RAMADHAN)
JIWA YANG TEGAR - Allah SWT Berfirman artinya: Iblis berkata, Ya Tuhanku, oleh
sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya (Q.S. al-Hijr [15]: 39) Setan merekayasa sehingga pikiran kita
penuh khayalan dan angan-angan kosong. Dalam keadaan apapun setan akan
membuyarkan konsentrasi.
Pribadi yang sejati ada pada jiwa manusia. Bukan pada fisiknya yang kenyang
makan dan minum melemahkan jiwa itu sendiri, alias terlena seperti judul lagu
dangdut. Simak aja dah, Pribadi hebat dari Panglima Soedirman. Pribadi yang satu ini
sungguh luar biasa. Biar pun paru-parunya tinggal sebelah, Jenderal Soedirman
memimpin gerilya dengan ditandu; keluar masuk hutan; hujan kehujanan, panas
kepanasan. Kelemahan fisiknya tidak menghalangi semangat juang dan
kepemimpinannya.
Jadi, kata Hamka, dalam rangka membentuk pribadi, jagalah kesehatan! Dan jika
terdapat kekurangan pada badan, pada kesehatan janganlah putus asa membangunkan
pribadi yang sejati. Sebab, pribadi yang sejati ada pada jiwa manusia. Bukan
pada fisiknya.
Aqbil alan nafsi wastakmil fadhailaha,
Fa-anta bin nafsi la biljismi insanu.
(Hadapkan perhatian pada jiwa, sempurnakan keutamaannya,
Sebab dengan jiwamu, dan bukan dengan badanmu, engkau disebut insan)
Jadi, begitu pentingnya pembangunan jiwa manusia.� Bangsa Indonesia pun mengakuinya, sehingga dinyanyikan pula dalam syair
lagu kebangsaan Indonesia Raya:
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!
Tapi, marilah kita jujur, apakah pembangunan jiwa ini benar-benar menjadi
prioritas pembangunan di Indonesia.� Pemerintah
memang sedang menggalakkan program Pendidikan Karakter bangsa, tetapi pada saat
yang sama, pemerintah juga secara sistematis membiarkan proyek-proyek
penghancuran karakter bangsa.
Lihatlah, bagaimana semakin maraknya media massa melakukan pemujaan terhadap
selebritis-selebritis yang jelas-jelas melakukan tindakan tidak bermoral.� Harian Republika (24 Juli 2012),
memberitakan pernyataan Sekjen Komnas Anak, Aris Merdeka Sirait, yang
menyatakan keprihatinannya atas sambutan yang berlebihan dari sekelompok orang
terhadap bebasnya personil band PeterP dari penjara di Bandung. Padahal,
tindakannya yang menyeretnya ke penjara adalah tindakan amoral yang sangat
tidak patut dijadikan teladan bagi siapa pun.
Sebenarnya, media massa pun terutama sejumlah stasiun televisi � telah melakukan kesalahan yang sangat besar,
dengan melakukan pemberitaan yang berlebihan terhadap kebebasan seorang artis
tsb dari penjara. Padahal, betapa banyak berita-berita lain yang lebih penting
untuk disajikan kepada masyarakat.� Betapa
banyak anak-anak bangsa yang berprestasi tinggi di berbagai bidang ilmu
pengetahuan, yang lebih patut disajikan beritanya kepada masyarakat kita.
Apa pun yang terjadidi sekitar kita, tanggung jawabnya ada pada pelaku dan
pemegang kuasa negara. Tugas kita hanyalah melakukan taushiyah; menyampaikan
nasehat dengan cara-cara bijak.
Yang penting, diri kita, keluarga, dan sadara-saudara kita mudah-mudahan bisa
memanfaatkan bulan Ramadhan 1433 Hijriah ini dengan semaksimal mungkin untuk
beribadah kepada Allah; dalam rangka meraih derajat utama, yaitu derajat taqwa,
melalui puasa dan penyujian jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar