Halaman

Selasa, 25 Oktober 2011

TIPS Merajut Cinta dalam Ukhuwah

Cinta kepada sesama dalam Islam adalah perasaan yang memancar karena adanya ketaqwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan taliNya (i\'tisham bi hablillah).

Cinta kepada sesama dalam Islam adalah perasaan yang memancar karena adanya ketaqwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan taliNya (i'tisham bi hablillah).

Maka cinta seperti itu hanya akan tumbuh dengan subur dalam ikatan mulia yang bernama ukhuwwah (persaudaraan) yang didasarkan sendi-sendi tersebut. Ikatan tersebut merupakan tujuan suci, cahaya rabbaniyyah sekaligus merupakan nikmat Ilahiyyah. Oleh sebab itu Allah hanya akan menuangkan cahaya dan nikmatnya pada hati dari setiap hambaNya yang mukhlis (ikhlash), mensucikan dan melindungi diri-mereka dgn akhlaq yang terpuji.



Perasaan bersaudara secara tulus inilah yang akan melahirkan pribadi mukmin yang mempunyai rasa kasih sayang dgn sejujur-jujurnya dan sebenar-benarnya serta perasaan ikhlash sejati. Yang akan selalu mengambil sikap positif dalam hal bercinta dan saling mengutamakan, kasih sayang dan saling memaafkan, serta dengan membantu dan saling melengkapi. Juga menghindari hal-hal negatif spt menjauhkan diri dr segala yang menyebabkan mudharat(bahaya) dlm diri mereka, dlm harta mereka,dan dalam harga diri mereka.

Oleh karena itu ukhuwwah fillah merupakan sifat yang lazim dari konsekwensi keimanan, dan merupakan perangai yang cocok sbg teman bagi ketaqwaan. (Konklusinya) tidak ada persaudaraan sejati tanpa adanya iman, dan tidak ada iman tanpa adanya persaudaraan.

Allah SWT berfirman,"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara krn itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kpd Allah agar kamu medapat rahmat. " QS Al Hujjuraat 10)

Jika kita mendapati suatu persaudaraan yang dibelakangnya tidak didukung oleh keimanan maka kita akan bahwa persaudaraan semacam itu tidak akan membawa kemaslahatan dan manfaat yang saling timbal balik. Begitu juga bila kita dapati keimanan yang tidak didukung oleh persaudaraan maka bisa kita simpulkan betapa rendah kadar keimanan itu.

Dr Yusuf Qordawi dalam bukunya Al Mujtama' Al Islami mengatakan bahwa ukhuwwah Islamiyyah yang bercita-cita luhur itu mampu melahirkan al-ikhaa'ul Islami. Dan tujuan terpenting dari padanya adalah persamaan hak( al musaawah), saling membantu (at-ta'aawun), dan cinta kasih krn Allah( al hubb fillah)

Berikut ini ada beberapa cara praktis sebagai panduan untuk tercapainya kekokohan ruh ukhuwwah, yaitu:
1. Memberi tahu kepada al akh(saudara) yang dicintai . Rasulullah bersabda: "Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberi tahu kepadanya " ( HR Abu Daud dan Turmudzi)

2. Memanjatkan do'a untuknya dr kejauhan ktk mereka saling berpisah. Diriwayatkan dr Umar Bin Khattab ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Aku minta izin (pamit) kepada Rasulullah utk melaksanakan umrah". Kemudian Rasulullah mengijinkan dan berkata " Jangan lupa do'akan kami " Lalu beliau mengatakan suatu kalimat yang menggembirakanku bhw aku mempunyai kebahagiaan dgn kalimat tsb di dunia. Dalam suatu riwayat beliau berkata: "Kami mengiringi do'a wahai saudaraku"

3. Bila berjumpa dengan al akh lain maka tunjukkanlah senyum kegembiraan dan muka manis. Rasulullah bersabda "Janganlah engkau meremahkan kebaikan apa saja (yang dtgnya dr saudaramu). Dan jika engkau berjumpa saudaramu maka berikanlah dia senyum kegembiraan" (HR Muslim)

4. Berjabat tangan bila bertemu. Rasulullah SAW menganjurkan ummatnya bila bertemu dgn saudara-saudaranya agar cepat-cepatlah berjabat tangan. Hal di atas berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari Barra, Bersabda Rasulullah SAW: "Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah".

5. Menyempatkan diri untuk mengunjungi saudaranya. Dalam kitabnya Al Muwathta, Imam malik meriwayatkan: Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa, "Allah berfirman : Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai krn Aku, dimana keduanya saling berkunjung krn Aku dan saling memberi krn Aku".

6. Menyampaikan ucapan selamat yang berkenaan dgn sukses yang dicapai saudaranya. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik Ra bhw Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa mengucapkan selamat kpd saudaranya ktk saudanya mendapat kebahagiaan niscaya Allah mengembirakannya pada hari kiamat". (HR Thabrani dalam Ma'jamush Shaghir)
Contoh yang pernah diajarkan oleh Rasul adalah:
a. Berkenaan dengan kelahiran anak
b. Ketika datang dari medan jihad
c. Apabila kembali dari menunaikan haji
d. Bila ada yang menikah
e. Saat Idul fitri

7. Memberikan hadiah yang bersifat insidental. Iman Dailami meriwayatkan dari Anas dan Marfu' bhw Rasulullah SAW bersabda "Hendaklah kalian saling memberikan hadiah krn hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati".

8. Menaruh perhatian terhadap keperluan saudaranya. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bhw Rasulullah SAW bersabda: " Siapa yang meringankan beban penderitaan seorang mukmin di dunia pasti Allah akan meringankan beban penderitaannya di akhirat kelak. Siapa yang memudahkan orang yang dalam keadaan susah pasti Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutupi aib seorang muslim pasti Allah akan menutupi (aibnya)di dunia dan akhirat. Dan allah akan selalu menolong hambaNya jika hamba tsb menolong saudaranya." (HR Muslim)

9. Menegakan hak-hak ukhuwwah saudaranya. Dalam rangka mempererat ukhuwwah maka adalah wajib bagi al akh untuk menunaikan hak-hak yang dimiliki al akh lain, spt menjenguk saudaranya yang lain bila sakit, mendo'akan bila bersin, dan menolong bila teraniaya (dizhalimi).

Demikianlah prinsip dasar dan uraian hal-hal yang berkaitan dgn ukhuwwah Islamiyah. Maka sudah barang tentu orang-orang yang mengadakan ukhuwwah fillah dlm rangka melaksanakan ukhuwwah Islamiyyah akan menjadi teladan yang sangat baik bagi orang lain. Dengan bimbingan mereka itu masyarakat menjadi terpimpin shg akhirnya masyarakat tersebut mau untuk mengikutinya.

Disarikan dari buku, Bercinta dan Bersaudara Karena Allah --Al Ukhuwwah wal Hubb Fillah--; Ust. Husni Adham Jarror

Tidak ada komentar:

Posting Komentar