Halaman

Minggu, 24 Juli 2011

Ibu…, Ujang sayang Ibu

Setiap liburan SD aku sering menghabiskannya di kampung kalijati. Kalijati itu sebuah desa yang dekat dengan subang, jawa barat.
Liburan pertama kali di sana, aku sering menangis karena jarang jauh dari orang tua. Namun, liburan yang ke dua kali aku mulai kerasan di sana. Soalnya asyik banget kalau ke desa itu. Penduduknya ramah, bahasanya halus, dan masih kelihatan gotong royongnya. Nggak kayak di jakarta yang loe loe gue gue. Aku kalau liburan menginap di rumah bibiku. Di sana aku berkenalan dengan sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan lima anak.
Ke lima anaknya laki-laki semua dan ke lima-limanya menjadi tentara. Kalau rambutku sudah panjang, sering anak sulung ibu itu tanpa segan mencukur rambutku. Aku sering main ke sana karena dulu ku punya cita-cita jadi tentara.
Setiap ke sana aku selalu memandangi lambang divisi siliwangi. Sering ku elus-elus lambang itu, seakan ada getaran semangat mengalir di dadaku. Tapi sayang ku tak berhasil mencapai cita-cita itu. Tak apa. Mungkin ada rencana Allah yang lain untukku.


Dari berkenalan dengan tetangga bibiku, aku sering bertanya mengenai perihal tetangga itu. Gimana sih kok kulihat ke lima anaknya rukun sekali dan sayang pada ibunya itu. Lalu bibiku menceritakan perihal tetangganya.
Begini ceritanya …

Saat ke lima anak itu masih kecil, ayah mereka telah di panggil Allah SWT. Si ibu itu akhirnya menjadi janda dalam usia muda. Seperti halnya janda muda lainnya, banyak lelaki iseng yang mengajukan lamaran padanya. Ibu itu selalu menampik semua lamaran karena takut lelaki itu hanya cinta pada dirinya bukan pada anaknya. Ada pula yang meneror ibu itu tiap malam dengan mengetuk pintu. Ibu itu meminta bantuan bibiku dan pamanku untuk melindunginya dari teror lelaki hidung belang. Untuk biaya hidup keluarganya, ibu itu menjual kebun yang ia punya kepada bibiku. Dari menjual kebun itu, ia gunakan sebagai modal berdagang makanan kecil. Dari hasil usahanya berjualan ia pergunakan untuk membiayai sekolah anak-anaknya.
Ke lima anaknya pun sangat sayang pada ibunya. Mereka selalu membantu ibunya membuat makanan kecil dan jika pulang sekolah mereka ikut menemani ibunya berjualan. Si anak sulung sering berkata pada ibunya kala beristirahat di malam hari,
"Ibu…ibuku sayang…kalau ujang nanti sudah besar, ujang akan bekerja. Ibu di rumah saja yah… biar ujang yang urus ibu dan adik-adik. Ibu nggak perlu jualan lagi. Ujang juga akan jaga ibu dari lelaki hidung belang" Ibu itu tersenyum mendengar perkataan anaknya. Sambil membelai rambut anaknya dengan sayang, ibu itu berkata,
"Selama ibu masih kuat, ibu akan bekerja jang, buat biayai sekolah kalian. Kalau kamu sudah besar dan menjadi orang, ibu hanya berharap kamu bisa membantu adik-adikmu. Jangan pikirkan ibu. Ibu sudah senang kalau melihat kamu sudah bisa mandiri…". Si ujang mendengarkan perkataan ibunya sambil menangis terisak-isak.

"Tapi ujang akan bantu ibu kalau sudah bekerja !"
"Iya jang…iya !" jawab ibunya sambil tersenyum,
"Sudah sana tidur.Besok bisa terlambat sekolah kalau tak tidur sekarang."
Singkat cerita, ujang lulus sma. Lalu ia mengikuti ujian masuk sekolah tentara, SMU Taruna. Alhamdulillah ia lulus dan mengikuti pendidikan di sekolah itu. Suatu ketika ada latihan terjun payung. Sebagai peserta didik di sekolah itu, ujang pun mengikuti latihan itu. Dari pesawat yang terbang tinggi, satu persatu peserta melakukan terjun payung. Tiba giliran si ujang.
Loncat…

Ketika sedang melayang di udara, tiba-tiba di matanya ia seperti melihat ibunya sedang memasak di dapur yang atapnya masih rusak dan sering bocor kala hujan. Air mata menetes tanpa sadar dan ujang terlupa untuk menarik tali pembuka parasut. Baru tinggal beberapa meter dari tanah, ujang menarik tali itu. Ujang terjatuh ke tanah. Segera teman-temannya membawa ujang ke rumah sakit militer.
Alhamdulillah berkat lindungan Allah dan doa ibu, ujang hanya cedera ringan saja dan hanya di rawat beberapa hari saja di sana. Teman-temannya saat menemani ujang menjenguk ibunya menceritakan pada hal itu padanya.
"Aduh ibu…ujang tiap malam selalu mengigau. Kami sering mendengar ia sering berteriak dapur ibuku…dapur ibuku…" cerita salah seorang teman ujang pada ibu ujang.
" Aih…aih ujang…ujang. Ku naon mikirkeun kitu...", ibu ujang berkata sambil linangan air matanya membasahi pipinya,"bagja ujang dunia akhirat…semoga ujang jadi anak sholeh…"

Ujang akhirnya lulus sekolah tentara dan menjalankan dinasnya di divisi Siliwangi bandung. Dari gajinya, ia bisa melaksanakan cita- citanya membantu ibunya menyekolahkan adik-adiknya dan memperbaiki dapur ibunya. Ke empat adiknya pun mengikuti jejak kakaknya menjadi tentara.
Setiap lebaran, ke lima anaknya selalu menjenguk ibunya. Ujang sering membuat malu ibunya di depan tetangga yang berkunjung. Ketika datang, ia peluk ibunya erat-erat, ia ciumi, sambil terus berkata di telinga ibunya,
"Ujang sayang ibu…ujang sayang ibu…ujang sayang ibu…Janganlah ibu menangis, ujang ingin selalu melihat ibu tersenyum". Pelukannya tak ia lepas-lepas sampai si ujang merasa puas menyampaikan rasa sayang dan rindunya pada sang ibu. Ke empat adiknya pun lalu larut dalam suasana itu. Saling mengerubungi ibunya yang sudah mulai tua. Berisak-isaklah ibu bersama lima anaknya. Para tetangga hanya bisa melihat sambil berlinang air mata. Mungkin di hati mereka juga berharap, anakku suatu ketika bisa seperti mereka, yang selalu sayang pada ibunya. Selalu rukun sebagai saudara…
Ujang selalu sayang ibu.
courtesy : www.kafemuslimah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar