Halaman

Jumat, 18 Maret 2011

Drama Ijab Qobul

Malam itu...

"Saya terima nikahnya *** binti *** untuk saya, dengan mas kawin *** mayam emas dibayar tunai!". Ucap Willy (nama samaran), salah seorang saudara saya yang akan menikah di malam terakhirnya sebelum hari H pernikahannya yang akan dilaksanakan esok hari. Saya yang dalam simulasi itu bertindak sebagai wali nikah (Hoho..) langsung meresponnya dengan ucapan "Bagus!".

Bagi saya yang seorang awam ini, meski hanya sekedar training dan latihan, kata-kata diatas benar-benar berat diucapkan oleh Willy. Sebuah kata-kata yang konon begitu sakralnya hingga dalam beberapa kejadian seorang calon suami harus mengulangi sampai 10 kali akibat kesalahan atau kekurangan pengucapan direksi kata tersebut dalam prosesi ijab kabul.

Malam itu kami pun berkeyakinan bahwa pada hari H semuanya akan berjalan lancar...

Hari H...

Sebenarnya, peran saya di hari H pernikahan Willy hanya sebagai photographer saja. Suatu hal yang biasa saya lakukan termasuk saat pernikahan abang kandung saya beberapa tahun lalu. Momen-momen istimewa pun tak luput saya abadikan berawal saat Willy berada di rumah hingga tiba di masjid tempat pernikahannya. Setelah protokoler awal serta khutbah nikah oleh salah seorang petugas KUA selesai, tibalah acara yang ditunggu-tunggu yaitu pengucapan ijab kabul yang mendebarkan itu.

Kali ini bukan lagi latihan seperti yang kami lakukan tadi malam, tapi adalah ucapan hidup matinya Willy dan momen 'pertaruhan masa depannya'. Dihadapan hadirin dan mempelai wanita yang merupakan calon istrinya, sang wali nikah yang merupakan abang kandung calon istrinya menjabat tangan Willy dan mengucapkan kata-kata ijab "Saya nikahkan anda dengan adik saya *** binti ***...".

Saya yang saat itu beberapa kali menshoot dari jarak close merasa yakin bahwa Willy mampu menjawab "tantangan" calon abang iparnya itu. Namun apa yang terjadi.. wew.. Willy grogi dan sedikit lupa kata-kata kabul yang telah dia hafal semalam. Ijab kabul pun terpaksa di ulang...

Ronde kedua pun dimulai, sang petugas KUA kembali membimbing latihan ringan kepada Willy sebelum prosesi formalnya diulang. Namun, saat ijab kabul kedua ini, giliran sang wali nikah yang melakukan kesalahan dalam pengucapannya. Wew...
Ternyata sama-sama grogi. "Tenang Wil, skor imbang satu sama" bathin ku. Aku pun saat itu, tidak bisa menyembunyikan kebingungan dari peristiwa yang baru aku alami ini. Tidak biasa pula seorang juru kamera berlama-lama mengambil gambar prosesi ijab kabul seperti ini.

Dua menit kemudian setelah lebih tenang dan keduanya siap untuk 'bertarung kembali', ronde ketiga pun dimulai. Kali ini prosesi berjalan lebih sempurna dan saat Willy mengakhirinya dengan kata-kata "dibayar tunai!" Batin ku pun berteriak "Exellent Wil!" Kemudian kami pun melirik kedua orang saksi menuntut keputusannya "Sah atau tidak". Ternyata... duh..

"Kurang cepat"... kata salah seorang saksi. Saya pun bingung.. kok hal-hal yang sepele seperti ini pun dipermasalahkan? Padahal dari segi redaksional kan sudah oke dan tidak terputus satu nafas. Maklum atas keputusan akhir para saksi ini sebagai tanggung jawab mereka, saya pun melirik calon mempelai wanita yang duduk di belakang calon suaminya. Ekspresinya.. Binguuung.. kasihan.

Setelah sekian lama berdebar akibat momen ini... para hadirin pun mengucapkan "Barakallah..." ketika di akhir ronde ke empat, ijab kabul ini berjalan lancar. Aku pun berseru "Alhamdulillah"... Semoga berkah Allah tercurah kepada keduanya.

Selanjutnya sesi pemberian mahar, saya pun dengan sigap mengambil tempat di tengah-tengah forum sebagai tempat terbaik pengambilan gambar. Namun apa yang terjadi... wew.. sang istri (sekarang udah sah lho) kakinya kesemutan. Sempat tidak bisa berdiri hampir lima menitan lho... Grogi atau apa ya? Atau mungkin gara-gara kesalahan ijab kabul tadi?.. Wallahualam.

Yah begitulah prosesi ijab kabul.. selalu menjadi hal yang mendebarkan sekaligus menyenangkan bagi yang telah berhasil melewatinya.

Salam hangat,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar