Rabu, 03 Oktober 2012

Buah Silaturahim

Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA

Buah Silaturahim
Ilustrasi

Tidak dimungkiri bahwa silaturahim merupakan salah satu perintah Allah SWT yang menjadi pilar bagi terbentuknya masyarakat dan kuat dan sehat.

Silaturahim sendiri mengandung banyak manfaat dan keutamaan, baik bagi penjalin silaturahim, pihak yang disilaturahimi maupun masyarakat luas.

Salah satu buah dari silaturahim adalah terjalinnya persatuan dan kesatuan antar berbagai golongan di masyarakat.

Namun sayang, buah silaturahim yang satu ini terkadang bersifat semu dan tidak nyata dalam kehidupan, karena silaturahim yang dilakukan sebatas pemenuhan kebutuhan bersosialisasi; tidak didasari oleh niat sungguh-sungguh dalam memaknai arti silaturahim; kuatnya ego yang mengganggap diri dan kelompoknya paling benar sedang kelompok lain berada pada pihak yang salah; dan tidak berangkat dari titik yang sama.

Padahal, silaturahim yang membuahkan persatuan dan kesatuan merupakan dambaan setiap orang yang berada di dalam dan di luar area silaturahim, karena baik silaturahim maupun persatuan merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah dan manifestasi berpegang teguh terhadap agama Islam.

Mereka yang ingin senantiasa berada dalam ketaatan kepada Allah dan berpegang teguh terhadap agamanya idealnya memanifestasikan beberapa hal berikut ini dalam kehidupannya:

Pertama, bersikap kasih sayang terhadap sesama Muslim, toleran terhadap non-Muslim dan bersikap keras terhadap orang kafir yang memusuhi Islam. Allah SWT berfirman, "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan bersikap kasih sayang terhadap sesama mereka." (QS. Al Fath: 29).

Kedua, mengikuti jalan Islam yang lurus dan menjauh dari jalan bengkok yang menyalahinya. "Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikian Dia memerintahkan kepadamu kamu bertakwa." (QS. Al-An'am: 153).

Ketiga, merasa diawasi Allah dalam setiap perbuatan dan diamnya serta mengikhlaskan segala perbuatan karena-Nya. Ikhlas merupakan syarat utama diterimanya ibadah dan ketaatan. Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman melakukan perbuatan semata-mata mengharap ridha-Nya dan bekerja keras atas dasar keimanan kepada-Nya, karena dengan dua modal itu perbuatan manusia menjadi sempurna. (QS. Az-Zumar: 2).

Keempat, siap berjihad dengan jalan mengorbankan diri, jiwa dan harta di jalan Allah dan untuk kepentingan agama-Nya. jihad di sini adalah jihad dalam rangka menegakkan agama Allah, membela kebenaran, membela tanah air, membela masyarakat dan membela tempat tinggal kita. (QS. At-Taubah: 41).

Kelima, siap bekerjasama di pelbagai bidang yang melahirkan kemaslahatan individu, kelompok, masyarakat, bangsa maupun dunia demi merealisasikan kemajuan dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)  kebajikan dan takwa." (QS. Al-Ma'idah: 2).

Keenam, turut merasakan kesedihan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh saudara sesama Muslim baik di dalam maupun di luar negeri. Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam sikap saling mencintai, lemah lembut dan kasih sayangnya bagaikan satu anggota badan, apabila satu dari anggotanya menderita sakit, maka anggota yang lain merasakan (pula) sakit dan demam." (HR. Bukhari-Muslim).

Demikianlah pengingat yang sering terlupa dalam kegiatan silaturahim agar kita senantiasa mewujudkan persatuan dan kesatuan karena di dalamnya terkandung kekuatan, kebahagiaan, kepentingan dan kemuliaan umat Islam. Wallahu a'lam.

Sumber :  http://www.republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar