Rabu, 01 September 2010

Melestarikan Suasana Lebaran

Sudah merupakan tradisi, setiap lebaran, orang-orang –terutama kaum muslimin—berusaha untuk saling mengunjungi, melakukan silaturahmi (atau silaturrahim). Saling meminta maaf dan saling halal-menghalalkan. Bahkan dari tempat-tempat jauh orang datang untuk keperluan ini. Tradisi mudik yang begitu luar biasa itu, tak pelak juga didorong oleh keperluan ini. Bayangkan, berapa juta kira-kira jumlah mereka yang mudik itu? 15-20 juta? Berarti kira-kira setara dengan penduduk Saudi Arabia, Malaysia , atau Autralia. Betapa kuatnya motivasi yang mampu menggerakkan 'perpindahan penduduk' besar-besaran untuk itu dengan segala pengorbanan berupa materiel maupun morel. Wahai, bisakah kita menciptakan motivasi yang begitu ampuh untuk hal-hal besar yang kita perlukan dan cita-citakan?! Secara pribadi, sudah seperti tradisi juga, setiap lebaran, banyak orang datang ke rumah. Tidak seperti hari-hari biasa dimana lazimnya orang datang ke rumah dengan tujuan tidak hanya bersilaturahmi, di hari-hari lebaran ini, mereka yang datang umumnya mligi, semata-mata bersilaturrahim. Alhamdulillah. Sebagaimana lebaran pada tahun-tahun sebelumnya, mereka yang datang memberkahi rumah saya terdiri dari berbagai lapisan, golongan, etnis, ras, dan agama. Kawan-kawan dari berbagai organisasi, politisi dari berbagai partai dan kubu, hingga saudara-saudara saya kaum awam, baik yang Ied-nya Senin atau Selasa; bergiliran datang dengan keakraban yang wajib saya syukuri. 'Suasana Indonesia' benar-benar terasa sekali.

SUASANA LEBARAN DI KAMPUNG HALAMAN SUDIMARA

Suasana lebaran di kampung halaman, waktu sebelum lebaran saja udah ramai dengan petasan. Di kampung merayakan lebaran dengan membeli banyak petasan. Dan petasan tersebut habis sekitar 30 menit. Gimana hukumnya ya ?? tepat pada waktu takbir di kumandangkan sekitar jam 9 malam. Apakah bunyi petasan tersebut bukti perayaan lebaran atau kesalahan perayaan lebaran. Yang pasti menurut saya bukan petasannya yang memeriahkan tapi memang perayaan lebaran selalu meriah. Tapi kegiatan bakar petasan sah-sah saja asalkan gak keseringan yang penting semangat lebarannya tetap ada. Mari kita berusaha menuju hari kemenangan bersama-sama petasan nomer 4 yang lain ibadah. Betul bukan??
Suasana lebaran di kampung halaman setelah sholat id, pagi semua keluarga di kampung tersebut bersama-sama ambil piring merayakan selain hari lebaran juga hari kelaparan, biasa belum makan?? setelah makan barulah kita minal aidzin wal faizin bermaaf-maafan, lalu acara kedua seperti tahun sebelumnya bagi-bagi angpau, biasa ketemunya 1 tahun sekali. Mau ngapain juga…??.....sampai ketemu di kampung halaman kawan…..